Dugong : Bukan Dudung dan Dong-dong
Dugong : Bukan Dudung dan Dong-dong - Dugong (Dugong dugon) merupakan jenis mamalia laut yang dilindungi dan merupakan salah satu spesies dari 20 spesies prioritas yang menjadi target penting Kementerian Kelautan dan Perikanan Republik Indonesia.
Mamalia ini dilindungi oleh Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya. Selain itu, ada juga Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.
Dugong memiliki ancaman kehidupan yang tinggi. Secara alami dugong memiliki reproduksi yang lambat. Dibutuhkan waktu 10 tahun untuk menjadi dewasa dan 14 bulan untuk melahirkan satu individu baru pada interval 2,5-5 tahun.
Ancaman lainnya yaitu tertangkapnya dugong secara tidak sengaja oleh alat tangkap perikanan (bycatch), perburuan masif untuk pemanfaatan daging, taring, serta air mata dugong yang disinyalir memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi.
Dalam keterangan resmi yang diterima Beritagar.id, Rabu (20/4/2016), upaya konservasi dugong dan habitatnya di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh pemerintah tetapi juga didukung oleh sejumlah lembaga internasional, seperti United Nation Environment Programme-Conservation Migratory Species (UNEP-CMS) yang bekerjasama dengan Mohamed bin Zayed Species Conservation Fund (MbZ) melalui program Dugong and Seagrass Conservation Project (DSCP).
DSCP merupakan program regional yang dilaksanakan di tujuh negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Sri Lanka, Mozambik, Madagaskar, Timor Leste, dan Vanuatu.
Selain konservasi dugong, Kementerian Kelautan dan Perikanan juga mendorong daerah agar menginisiasi ekosistem padang lamun sebagai habitat kunci dugong untuk menjadi Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD).
Lamun, tumbuhan anggota bangsa Alismatales yang beradaptasi di air asin, adalah makanan utama dugong sehingga kehidupan mamalia ini sangat tergantung padanya. Saat ini, menurut data dari Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O-LIPI), ada 25.752 ha padang lamun yang tervalidasi dari 29 lokasi di Indonesia.
Karena kajian dan survei tentang dugong masih terbatas, populasi hewan ini di Indonesia belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, menurut Sekretaris Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang laut Kementerian Kelautan dan Perikanan, Agus Dermawan, pada 10 tahun lalu dugong di perairan Indonesia tinggal seribu ekor. Demikian dikabarkan Tempo.co.
Keberadaan dugong dan padang lamun sangat penting untuk menjaga ekosistem laut karena banyak spesies ikan lain yang hidup berdampingan di wilayah tersebut. Jika salah satu rusak maka yang lain akan terkena imbasnya.
Pada akhirnya, manusia pula yang dirugikan jika hewan ini punah.
Berikut ini kami sajikan 7 fakta dan informasi menarik tentang Dugong.
1. Penampilan Fisik Dugong
Bentuk dan ukuran mamalia ini secara umum dapat dibandingkan dengan lumba-lumba. Perbedaannya, dugong memiliki kepala yang tidak terlalu melengkung (streamline) serta tidak memiliki sirip punggung.
Dugong memiliki ekor mirip lumba-lumba. Dugong dewasa berwarna coklat muda dan dugong muda berwarna coklat pucat. Dugong memiliki mulut besar untuk membantu mencari makanan rumput laut.
Mamalia bertubuh besar ini memiliki sirip berbentuk seperti dayung serta memiliki telinga dan mata yang terletak di sisi kepalanya dengan moncong yang besar.
2. Makanan Dugong
Seperti disebutkan sebelumnya, dugong adalah mamalia pemakan tumbuhan (herbivora) dengan makanan terutama berupa rumput laut. Menggunakan moncongnya, dugong mencabut rumput dari dasar laut kemudian menggoyangkan kepalanya untuk menyingkirkan pasir.
Biasanya, mamalia ini hanya memakan rumput laut pada kedalaman 1-5 meter, namun dugong juga dikenal mampu menyelam untuk mencari makan hingga kedalaman lebih dari 20 meter.
Dugong sanggup menahan nafas selama 6 menit, untuk kemudian muncul kembali ke permukaan laut untuk mengambil nafas. Mamalia ini harus makan setidaknya 50 kilogram rumput laut setiap harinya.
Ia dikategorikan sebagai binatang nokturnal atau binatang malam, yang artinya hanya akan mencari makan ketika malam hari.
3. Habitat Dugong
Menurut Shark Bay, Australia barat merupakan rumah terbesar bagi populasi dugong Australia. Terdapat setidaknya 10.000 ekor dugong di perairan Australia barat dan sekitar 80.000 ekor di seluruh perairan Australia.
Binatang ini biasanya juga hidup di perairan Indo Pasifik. Terutama di perairan hangat seperti Indonesia bagian timur, Afrika timur, dan Australia. Penyebaran mamalia ini juga tidak terlalu jauh, binatang ini hanya akan hidup di daerah sekitar dia dilahirkan.
Kawasan tempat tinggal yang paling disukai adalah kawasan yang tenang, hangat, dan dangkal, seperti kawasan teluk, dan juga hutan bakau.
4. Reproduksi Dugong
Dugong ini hidup secara berkelompok, di dalam kelompok tersebut biasanya terdiri atas 5 hingga 10 ekor, yaitu induk betina, dugong jantan, dan anak-anaknya. Ada kalanya anak-anak dugong yang sudah sedikit dewasa hidup sendiri dan tidak bersama induknya.
Dugong memiliki usia hidup yang hampir sama dengan manusia, sekitar 70 tahun. Yang menjadi masalah adalah proses reproduksi mamalia ini cukup lambat, sekitar 3 hingga 7 tahun sekali, dan setiap melahirkan hanya ada 1 ekor saja.
Dugong akan siap bereproduksi ketika umurnya mencapai 9 atau 10 tahun. Demi keamanan, biasanya para dugong yang hendak melahirkan akan mencari perairan dangkal untuk melahirkan anaknya, guna menghindari predator. Usia kehamilan dugong biasanya mencapai 12 hingga 14 bulan, bayi dugong akan hidup bersama induknya hingga berusia 1,5 tahun.
5. Komunikasi Dugong
Sama seperti lumba-lumba, dugong menggunakan suara bernada seperti kicauan, peluit, gonggongan, dan suara lainnya untuk berkomunikasi dengan dugong yang lainnya.
Masing-masing suara memiliki arti tersendiri, misalnya suara kicauan memiliki frekuensi antara 3 dan 18 kHz dan hanya berlangsung sekitar 60 ms. Suara inilah yang digunakan dugong untuk mencari makan di dasar laut dan melalukan patroli wilayah.
Dugong juga menggunakan indera penciuman yang memungkinkan mereka untuk merasakan bahan kimia dalam lingkungan mereka untuk tingkat tertentu. Ini dapat digunakan untuk mendeteksi dugong lainnya atau kemungkinan besar untuk mencari makan.
Mereka bisa mencium bau tanaman air dari jarak jauh dan karena itu mereka juga bisa menentukan di mana tempat buruan berikutnya.
6. Sumber Makanan bagi Predator
Karena gerakannya yang lambat, dugong sering menjadi mangsa mudah bagi hewan pemangsa. Predator alami dugong antara lain hiu besar, buaya air asin, dan paus pembunuh.
Namun ancaman paling terburuk berasal dari polusi dan pembangunan di pesisir, yang menghancurkan padang lamun, serta lalu lintas kapal, keterikatan dalam jaring ikan, dan perburuan.
Jika menemukan kawanan dugong, disarankan untuk segera mematikan mesin perahu agar tidak melukai atau bahkan membunuh dugong yang sedang lewat di area itu.
7. Mengapa Dugong diburu
Dugong sering diburu untuk diambil daging dan minyaknya. Konon, minyak ikan duyung ini bisa dimanfaatkan untuk menyembuhkan penyakit tuberkulosis (TBC) dan nyeri persendian. Sedangkan taringnya sering digunakan untuk pembuatan pipa rokok.(Berita Unik)
Mamalia ini dilindungi oleh Undang-undang Nomor 5 Tahun 1990 tentang Konservasi Sumber Daya Hayati dan Ekosistemnya. Selain itu, ada juga Undang-undang Nomor 31 Tahun 2004 tentang Perikanan.
Dugong memiliki ancaman kehidupan yang tinggi. Secara alami dugong memiliki reproduksi yang lambat. Dibutuhkan waktu 10 tahun untuk menjadi dewasa dan 14 bulan untuk melahirkan satu individu baru pada interval 2,5-5 tahun.
Ancaman lainnya yaitu tertangkapnya dugong secara tidak sengaja oleh alat tangkap perikanan (bycatch), perburuan masif untuk pemanfaatan daging, taring, serta air mata dugong yang disinyalir memiliki nilai ekonomi yang cukup tinggi.
Dalam keterangan resmi yang diterima Beritagar.id, Rabu (20/4/2016), upaya konservasi dugong dan habitatnya di Indonesia tidak hanya dilakukan oleh pemerintah tetapi juga didukung oleh sejumlah lembaga internasional, seperti United Nation Environment Programme-Conservation Migratory Species (UNEP-CMS) yang bekerjasama dengan Mohamed bin Zayed Species Conservation Fund (MbZ) melalui program Dugong and Seagrass Conservation Project (DSCP).
DSCP merupakan program regional yang dilaksanakan di tujuh negara, yaitu Indonesia, Malaysia, Sri Lanka, Mozambik, Madagaskar, Timor Leste, dan Vanuatu.
Selain konservasi dugong, Kementerian Kelautan dan Perikanan juga mendorong daerah agar menginisiasi ekosistem padang lamun sebagai habitat kunci dugong untuk menjadi Kawasan Konservasi Perairan Daerah (KKPD).
Lamun, tumbuhan anggota bangsa Alismatales yang beradaptasi di air asin, adalah makanan utama dugong sehingga kehidupan mamalia ini sangat tergantung padanya. Saat ini, menurut data dari Pusat Penelitian Oseanografi Lembaga Ilmu Pengetahuan Indonesia (P2O-LIPI), ada 25.752 ha padang lamun yang tervalidasi dari 29 lokasi di Indonesia.
Karena kajian dan survei tentang dugong masih terbatas, populasi hewan ini di Indonesia belum diketahui secara pasti. Akan tetapi, menurut Sekretaris Direktorat Jenderal Pengelolaan Ruang laut Kementerian Kelautan dan Perikanan, Agus Dermawan, pada 10 tahun lalu dugong di perairan Indonesia tinggal seribu ekor. Demikian dikabarkan Tempo.co.
Keberadaan dugong dan padang lamun sangat penting untuk menjaga ekosistem laut karena banyak spesies ikan lain yang hidup berdampingan di wilayah tersebut. Jika salah satu rusak maka yang lain akan terkena imbasnya.
Pada akhirnya, manusia pula yang dirugikan jika hewan ini punah.
Berikut ini kami sajikan 7 fakta dan informasi menarik tentang Dugong.
1. Penampilan Fisik Dugong
Bentuk dan ukuran mamalia ini secara umum dapat dibandingkan dengan lumba-lumba. Perbedaannya, dugong memiliki kepala yang tidak terlalu melengkung (streamline) serta tidak memiliki sirip punggung.
Dugong memiliki ekor mirip lumba-lumba. Dugong dewasa berwarna coklat muda dan dugong muda berwarna coklat pucat. Dugong memiliki mulut besar untuk membantu mencari makanan rumput laut.
Mamalia bertubuh besar ini memiliki sirip berbentuk seperti dayung serta memiliki telinga dan mata yang terletak di sisi kepalanya dengan moncong yang besar.
2. Makanan Dugong
Seperti disebutkan sebelumnya, dugong adalah mamalia pemakan tumbuhan (herbivora) dengan makanan terutama berupa rumput laut. Menggunakan moncongnya, dugong mencabut rumput dari dasar laut kemudian menggoyangkan kepalanya untuk menyingkirkan pasir.
Biasanya, mamalia ini hanya memakan rumput laut pada kedalaman 1-5 meter, namun dugong juga dikenal mampu menyelam untuk mencari makan hingga kedalaman lebih dari 20 meter.
Dugong sanggup menahan nafas selama 6 menit, untuk kemudian muncul kembali ke permukaan laut untuk mengambil nafas. Mamalia ini harus makan setidaknya 50 kilogram rumput laut setiap harinya.
Ia dikategorikan sebagai binatang nokturnal atau binatang malam, yang artinya hanya akan mencari makan ketika malam hari.
3. Habitat Dugong
Menurut Shark Bay, Australia barat merupakan rumah terbesar bagi populasi dugong Australia. Terdapat setidaknya 10.000 ekor dugong di perairan Australia barat dan sekitar 80.000 ekor di seluruh perairan Australia.
Binatang ini biasanya juga hidup di perairan Indo Pasifik. Terutama di perairan hangat seperti Indonesia bagian timur, Afrika timur, dan Australia. Penyebaran mamalia ini juga tidak terlalu jauh, binatang ini hanya akan hidup di daerah sekitar dia dilahirkan.
Kawasan tempat tinggal yang paling disukai adalah kawasan yang tenang, hangat, dan dangkal, seperti kawasan teluk, dan juga hutan bakau.
4. Reproduksi Dugong
Dugong ini hidup secara berkelompok, di dalam kelompok tersebut biasanya terdiri atas 5 hingga 10 ekor, yaitu induk betina, dugong jantan, dan anak-anaknya. Ada kalanya anak-anak dugong yang sudah sedikit dewasa hidup sendiri dan tidak bersama induknya.
Dugong memiliki usia hidup yang hampir sama dengan manusia, sekitar 70 tahun. Yang menjadi masalah adalah proses reproduksi mamalia ini cukup lambat, sekitar 3 hingga 7 tahun sekali, dan setiap melahirkan hanya ada 1 ekor saja.
Dugong akan siap bereproduksi ketika umurnya mencapai 9 atau 10 tahun. Demi keamanan, biasanya para dugong yang hendak melahirkan akan mencari perairan dangkal untuk melahirkan anaknya, guna menghindari predator. Usia kehamilan dugong biasanya mencapai 12 hingga 14 bulan, bayi dugong akan hidup bersama induknya hingga berusia 1,5 tahun.
5. Komunikasi Dugong
Sama seperti lumba-lumba, dugong menggunakan suara bernada seperti kicauan, peluit, gonggongan, dan suara lainnya untuk berkomunikasi dengan dugong yang lainnya.
Masing-masing suara memiliki arti tersendiri, misalnya suara kicauan memiliki frekuensi antara 3 dan 18 kHz dan hanya berlangsung sekitar 60 ms. Suara inilah yang digunakan dugong untuk mencari makan di dasar laut dan melalukan patroli wilayah.
Dugong juga menggunakan indera penciuman yang memungkinkan mereka untuk merasakan bahan kimia dalam lingkungan mereka untuk tingkat tertentu. Ini dapat digunakan untuk mendeteksi dugong lainnya atau kemungkinan besar untuk mencari makan.
Mereka bisa mencium bau tanaman air dari jarak jauh dan karena itu mereka juga bisa menentukan di mana tempat buruan berikutnya.
6. Sumber Makanan bagi Predator
Karena gerakannya yang lambat, dugong sering menjadi mangsa mudah bagi hewan pemangsa. Predator alami dugong antara lain hiu besar, buaya air asin, dan paus pembunuh.
Namun ancaman paling terburuk berasal dari polusi dan pembangunan di pesisir, yang menghancurkan padang lamun, serta lalu lintas kapal, keterikatan dalam jaring ikan, dan perburuan.
Jika menemukan kawanan dugong, disarankan untuk segera mematikan mesin perahu agar tidak melukai atau bahkan membunuh dugong yang sedang lewat di area itu.
7. Mengapa Dugong diburu
Dugong sering diburu untuk diambil daging dan minyaknya. Konon, minyak ikan duyung ini bisa dimanfaatkan untuk menyembuhkan penyakit tuberkulosis (TBC) dan nyeri persendian. Sedangkan taringnya sering digunakan untuk pembuatan pipa rokok.(Berita Unik)
Komentar
Posting Komentar